Tapi saya agak terkejut apabila diberitahu bahawa di Tanjung Kapor juga terdapat beberapa keluarga Iranun .
Kebetulan mereka tak ada di rumah waktu itu.Jadi saya tidak sempat bertanya asal muasal mereka dan bagaimana mereka sampai ke kampung itu. Saya fikir itu merupakan bahan yang menarik untuk ditulis.
"Suami saya orang Iranun," kata wanita dalam gambar ini.Saya terlupa menanyakan namanya, tetapi dia suku sungai dan sino kadazan.
Lantas, saya bertanya apakah bahasa yang mereka gunakan di rumah.
"Bahasa Melayu," katanya.Anak-anak mereka tidak mampu bertutur dalam bahasa Iranun dengan lancar.
"Mertua saya bertutur bahasa Iranun sesama mereka...tapi dengan anak-anak mereka bertutur bahasa Melayu".
Saya meminta kekanda Haji Salim Haji Ibrahim untuk merakamkan gambar saya berdiri di hadapan rumah orang Iranun di Tanjung Kapor sebagai kenang-kenangan.
Haji Salim, orang Bajau Ubian ini juga punya kaitan kekeluargaan dengan saya. Panjang ceritanya, bagaimana saya yang hidup di tengah masyarakat Iranun dan mempunyai darah Iranun dan Bajau juga punya saudara orang Ubian, orang Boronai (Brunei), malah salah seorang moyang kami sebelah bapa berasal dari lamparo, Aceh Besar.
Isteri saya pula, yang merupakan orang Melayu punya asal keturunan dari Langkat, kemudian berhijrah ke Pontianak, kemudian ke Bulungan, menjadi orang Bulungan dan punya darah Syed dari Yaman, punya darah Suluk juga, wah menjadi sangat kompleks susur galur ini.
Tapi yang pasti, kita semua sama -sama dari keturunan yang sama, Nabi Adam Alaihissalam dan isterinya Hawa.

1 ulasan:
assalamualaikum encik abd naddin...
ingin saya bertanya tentang masyarakat suluk di tanjung kapor. adakah bilangan penduduk suluk di kawasan tersebut ramai?
Catat Ulasan