Rabu, 4 Mei 2011

walaupun tersebar di nusantara, orang Bajau suku terasing di Indonesia?

Tags

Menulis sebuah sejarah mengenai masyarakat Bajau, dengan segala variasi dan sub etniknya, mungkin agak menarik tapi juga sangat mencabar. Bagi kita di Malaysia,khususnya di Sabah masyarakat Bajau dapat dibahagikan atau dikategorikan mengikut lokaliti-Bajau Pantai Barat dan Bajau Pantai Timur. Dialek Bajau Pantai Barat mengandungi antaranya Bajau Kota Belud, bajau Tuaran, Bajau Kawang, Bajau Inanam,Bajau Kudat, bajau Kota Marudu,dan sebagainya.Mereka ingin dikenal sebagai masyarakat bajausama. Sementara di Pantai Timur, terdapat bajau Semporna dan tidak kurang 14 dialek lagi,Bajau kubang, bajau derawan, bajau sikubung, bajau banaran, bajau ubian, bajau simunul, bajau sibutu, dan banyak lagi. Selain itu, ada Bajau Kolapis, Bajau Kaniogan, bajau Semawang, yang dekat hubungannya dengan Bajau Pantai Barat walaupun terletak di pantai Timur Sabah. Ini sangat menarik untuk dikaji kerana kekayaan khazanah Bahasa dan budayanya. Jelas sekali,Bajau adalah sebuah bangsa besar dalam dunia Melayu nusantara yang luas ini. Maka adalah menjadi tanggungjawab para pengkaji dan sarjana untuk melihat dan mengkaji sejarah dan peranan orang bajau di Nusantara.
Masyarakat Bajau terdapat di Malaysia, Filipina dan Indonesia malah di Burma dan Selatan Thailand khususnya berdekatan Pulau Tarutao.

Bagaimanapun, peranan dan perantauan orang-orang Bajau mungkin kurang dikenal orang, seperti kata seorang sejarawan Indonesia, AB Lapian. Beliau merupakan seorang sejarawan yang paling banyak menulis mengenai sejarah dunia maritim di nusantara.

Di Indonesia, katanya adalah sesuatu yang ironis sekali kerana orang Bajau digolongkan sebagai suku terasing padahal mereka tersebar di seluruh nusantara.
Dalam satu tulisannya di Majalah Prisma 8, Ogos 1980, dengan tajuk Memperluas Cakrawala melalui Sejarah Lokal, AB Lapian menulis mengenai orang Bajau ini.

"Tidakkah merupakan suatu ironi bahawa orang Bajau pernah digolongkan sebagai suku terasing, padahal mereka ini tersebar di seluruh Nusantara? di kepulauan Riau dan Lingga,pantai Timur kalimantan, di pulau-pulau Sulu (Filipina Selatan) di Pulau Nain (Teluk Manado) dan Torosihaje (Gorontalo) di pulau-pulau Banggai dan Teluk Bone (Pulau Bajo-e) dan pulau Alor.Tetapi wilayah penyebarannya lebih luas lagi. Buktinya? dapat kita lihat pada beberapa toponim, seperti pulau Bajau di Laut Cina Selatan (kepulauan Anambas), Pulau Bajo di kepulauan Batu (sumatera Barat),Pulau bajo di Selat Sumbawa, Pulau bajo di Kalimantan Timur, Pulau Bajo di Teluk Bima (Sumbawa) dan juga pada nama Labuanbajo di Sulawesi Tengah dan Labuan Bajo di Pantai Flores Barat."

Tulisan AB Lapian ini sepatutnya mampu menggalakkan para penyelidik, peneliti, para sarjana, sejarawan, budayawan terutamanya dari masyarakat Bajau sendiri untuk mengkaji lebih mendalam lagi mengenai penyebaran orang-orang Bajau di Nusantara.

Saya fikir sudah sampai masanya bagi masyarakat Bajau terutamanya golongan terpelajarnya untuk mengkaji, meenyelidik, menulis, merakam, menafsir, mendokumentasi mengenai masyarakat Bajau di seluruh nusantara untuk kepentingan generasi akan datang.

Jika di Indonesia, orang bajau pernah dikategorikan sebagai suku terasing, maka ia lebih terasing lagi, jika tidak ada pihak yang mengambil inisiatif untuk memartabat bangsa bajau ini.

Maka adalah menjadi tanggungjawab pemimpin-pemimpin dan orang-orang kita yang cintakan bangsanya, untuk membuat sesuatu sebelum bahasa dan budaya Bajau karam dan tenggelam dan buku sejarah.