HUBUNGAN EKONOMI SABAH DAN INDONESIA PERLU DIPERKUKUH
Oleh ABD.NADDIN HJ. SHAIDDIN
abdnaddin@yahoo.com
MESKIPUN jarak antara Kota Kinabalu dengan Surabaya atau Makassar jauh lebih dekat, orang Sabah yang mahu berkunjung ke Wilayah Indonesia Timur atau sebaliknya, terpaksa melalui Kuala Lumpur, Jakarta atau bahkan Singapura.
Masalah ini menghambat hubungan ekonomi antara Sabah dan Indonesia kerana barang dagangan yang dikirimkan terpaksa melalui Pelabuhan Kelang dan mengambil masa berminggu-minggu untuk sampai di Pelabuhan Sepanggar.
Utusan Borneo menemui Konsul Ekonomi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu, Bapak Rudhito Widagdo untuk membicarakan mengenai prospek dan hambatan yang dihadapi dalam hubungan ekonomi dan Perdagangan Indonesia dan Sabah.
Sektor ekonomi (trade-tourism-investment) memiliki peranan dan sumbangan yang cukup besar dalam pembangunan suatu negara.
"Sebagai negara yang bertetangga dan mempunyai kekayaan serta potensi alam yang hampir sama, sepatutnya kita serius dalam berupaya lebih meningkatkan dan menciptakan `tujuan' dari pada hubungan ekonomi/perdagangan kita," katanya.
Dengan total penduduk kedua negara Indonesia dan Malaysia, yang lebih dari 270 juta, yang mana kondisi itu merupakan pasar yang cukup besar, maka sudah sewajarnya bila kita secara terus menerus membuat strategi dan tema untuk berbagai segmen kalangan peniaga agar mengisi hubungan bilateral kedua negara yang sangat baik ini dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat proaktif.
Dengan landasan yang ada, sudah sampai masanya hubungan ekonomi perdangan antara Indonesia dan negeri Sabah tidak lagi hanya berjalan, namun justeru harus berjalan lebih cepat dan mulai berlari, katanya.
"Dan sudah sampai masanya pula kita bukan lagi menjadi harimau kandang, namun menjadi negara yang memiliki daya saing yang tinggi di pentas global.
"Kerana itulah, kita harus mengenalpasti berbagai halangan, debottlenecking atas berbagai masalah yang menghambat dalam hubungan dan kerjasama ekonomi antara kedua negara," katanya.
Pada sepuluh tahun pertama reformasi, Indonesia telah melangkah jauh dalam melakukan transisi demokrasi, dengan membongkar dan membangun tatanan dasar dalam kehidupan politik, sosial, hukum dan ekonomi.
Di bidang ekonomi, Indonesia telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya dari minus 13 perattus pada tahun 1998 menjadi 6 peratus dalam tahun 2008.
Ketika ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.2 peratus dengan kadar inflasi sebanyak 5.3 peratus, pendapatan per kapita sebesar US$6.812 dengan jumlah penduduk sebanyak 238 juta.
Dalam proses yang terus berkembang , eksport non-migas Indonesia telah menembus US$100 bilion, APBN (Anggaran Perbelanjaan Besar Negara) menembus 1000 triliun rupiah , cadangan devisa Indonesia kini mencapai lebih dari US$98 bilion, rupiah terus stabil, angka kemiskinan terus menurun, credit rating Indonesia terus membaik, dan rasio hutang atas PDB turun secara signifikan, kini mencapai 27.8 peratus, salah satu yang terendah dalam sejarah Indonesia.Dan yang paling penting, bangsa Indonesia memiliki ketahanan makanan yang semakin kuat
"'Hasil dari semua ini, bangsa Indonesia mengalami reformasi besar, juga sebuah tranformasi total. Indonesia kini lebih utuh, lebih aman, lebih kuat ekonominya, lebih damai, lebih dinamis dan lebih demokratis,"' katanya.
Buktinya, ketika dunia dirundung krisis kewangan yang dahsyat pada 2008 dan 2009, ketika dunia mengalami kontraksi pada tahun 2008, ekonomi Indonesia justeru tetap tumbuh sebanyak 6.0 peratus pada 2008 dan 4.5 peratus pada tahun 2009, pertumbuhan ketiga tertinggi antara G-20, setelah Cina dan India.
Apabila kita lihat pada neraca perdagangan antara negeri Sabah dan Indonesia pada tahun 2009 ialah sebanyak RM3,959 juta.
Hal ini memperlihatkan hasil ekonomi kita masih sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai/voplume eksport-import antara Indonesia dengan Malaysia secara nasional.
"Padahal kita fahami, Indonesia merupakan rakan dagang terbesar ke-7 bagi Malaysia yang sebenarnya kita boleh lakukan hubungan dan kerjasama secara langsung," katanya.
Di antara kedua wilayah, mempunyai sumber daya alam yang mirip, sehingga perlu adanya suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Kerjasama ekonomi ini diharapkan akan bisa saling mengisi keperluan untuk menjaga kestabilan pasar dan harga, kata Rudhito lagi.
Potensi produk yang boleh dikembangkan demi pembangunan adalah building materials, crude palm oil (CPO), kayu dan produk-produknya, perabot, produk perlombongan, arang batu, pasir besi, nikel) kraftangan, kertas, komponen automotif, kain/garment , kopi, sepatu, floot glasses dan lain-lain.
Dalam menjalani hubungan ekonomi kedua bangsa yang sudah cukup lama dan tradisional ini, kita dapat melihat bahawa kita masih kekurangan dukungan kemudahan pengangkutan (laut dan udara), yang boleh menghubungkan secara langsung masyarakat kedua wilayah (people-to-people contact) termasuk angkutan barangan dan perkhidmatan, jelasnya.
Keadaan ini tentunya cukup menghambat dalam mewujudkan rasa 'kekitaan' di antara dua bangsa.
Menurut catatan kami, selama ini import Sabah atas produk-produk Indonesia masih melalui Semenanjung, sehingga tidak menghairankan apabila kebanyakan dari masyarakat di sini menganggap bahawa barang-barang yang beredar di pasaran adalah produksi Malaysia.
"Selama ini pula, bagi masyarakat Sabah yang akan berkunjung ke wilayah Indonesia Timur dan sebaliknya, sama ada untuk berniaga, melancong, mahupun saling kunjung antara ikatan keluarga yang mereka miliki, masih harus melalui Kuala Lumpur, Jakarta atau bahkan Singapura," katanya.
Kebanyakan penduduk Sabah masih mempunyai tali persaudaraan dengan masyarakat Indonesia Timur. Ertinya mereka tentu mempunyai citarasa yang sama di antara mereka, baik dalam adat istiadat mahupun dalam memenuhi keperluan sehari-hari.
Apakah upaya-upaya promosi dan langkah-Langkah strategis yang dilakukan?
Kami berpendapat, saat ini kita tidak bisa lagi bersikap pasif dalam berpromosi. Kinisudah tiba saatnya untuk melalukan langkah-langkah strategik melalui pendekatan global, dengan saling mengimpormasikan secara pro-aktif produk-produk terbaikyang kita miliki.
Tidak kalah pentingnya adalah agar sentiasa mempertebal komitmen kita untuk mengembalikan `manfaat' yang bisa dihasilkan dari dunia industri ekonomi kita, kata Rudhito lagi.
Katanya, dalam berpromosi, kita perlu memperhatikan produk market, yang selama ini sifatnya hanya `mengatur' menjadi `menjual' atau `memasarkan' yang mencakup produk yang akan dipasarkan dan pasar yang akan dituju.
Keperluan masyarakat akan suatu produk agar disertai dengan upaya perbaikan dan pembungkusan guna menarik minat pasar.
Segala upaya pencepatan, de-bottlenecking ini akan sia-sia kalau kita tidak melakukan perubahan yang paling hakiki, iaitu perubahan cara pandang.
"Kita tidak akan menghasilkan transformasi besar tanpa dimulai dengan perubahan cara pandang, perubahan mind-set.
"Walaupun kita masih menghadapi ekonomi dunia yang tidak menentu, kita perlu terus secara kreatif dan cekap mendapatkan peluang untuk meningkatkan pembangunan kita yang pro-pertumbuhan ekonomi, pro-growth, pro-peluang pekerjaan, pro-job, pro-penurunan kemiskinan, pro-poor dan pro alam sekitar, pro-environment.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu (KJRI-KK) sentiasa terus berupaya menjambatani hubungan/kerjamasa peniaga di Sabah seperti mengadakan `roundtable discussin, semiant/business matching, fam trip's, menganjurkan trade/investment mission, serta membuka pintu KJRI-KK kepada kalangan dunia peniaga di Sabah yang memerlukan bantuan.
Menurutnya, KJRI-KK akan terus mendorong para pengusaha Sabah agar terus melakukan terobosan-terobosan pasar secara pro-aktif (penetrasi pasar) atas keberadaan dan harga barang yang kompetetif dan marketable.
"Melalui usaha dagang langsung antara kedua bangsa diharapkan akan bisa didapatkan hasil yang positif dalam rangka upaya lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat kedua negara," katanya.
Oleh ABD.NADDIN HJ. SHAIDDIN
abdnaddin@yahoo.com
MESKIPUN jarak antara Kota Kinabalu dengan Surabaya atau Makassar jauh lebih dekat, orang Sabah yang mahu berkunjung ke Wilayah Indonesia Timur atau sebaliknya, terpaksa melalui Kuala Lumpur, Jakarta atau bahkan Singapura.
Masalah ini menghambat hubungan ekonomi antara Sabah dan Indonesia kerana barang dagangan yang dikirimkan terpaksa melalui Pelabuhan Kelang dan mengambil masa berminggu-minggu untuk sampai di Pelabuhan Sepanggar.
Utusan Borneo menemui Konsul Ekonomi Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu, Bapak Rudhito Widagdo untuk membicarakan mengenai prospek dan hambatan yang dihadapi dalam hubungan ekonomi dan Perdagangan Indonesia dan Sabah.
Sektor ekonomi (trade-tourism-investment) memiliki peranan dan sumbangan yang cukup besar dalam pembangunan suatu negara.
"Sebagai negara yang bertetangga dan mempunyai kekayaan serta potensi alam yang hampir sama, sepatutnya kita serius dalam berupaya lebih meningkatkan dan menciptakan `tujuan' dari pada hubungan ekonomi/perdagangan kita," katanya.
Dengan total penduduk kedua negara Indonesia dan Malaysia, yang lebih dari 270 juta, yang mana kondisi itu merupakan pasar yang cukup besar, maka sudah sewajarnya bila kita secara terus menerus membuat strategi dan tema untuk berbagai segmen kalangan peniaga agar mengisi hubungan bilateral kedua negara yang sangat baik ini dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat proaktif.
Dengan landasan yang ada, sudah sampai masanya hubungan ekonomi perdangan antara Indonesia dan negeri Sabah tidak lagi hanya berjalan, namun justeru harus berjalan lebih cepat dan mulai berlari, katanya.
"Dan sudah sampai masanya pula kita bukan lagi menjadi harimau kandang, namun menjadi negara yang memiliki daya saing yang tinggi di pentas global.
"Kerana itulah, kita harus mengenalpasti berbagai halangan, debottlenecking atas berbagai masalah yang menghambat dalam hubungan dan kerjasama ekonomi antara kedua negara," katanya.
Pada sepuluh tahun pertama reformasi, Indonesia telah melangkah jauh dalam melakukan transisi demokrasi, dengan membongkar dan membangun tatanan dasar dalam kehidupan politik, sosial, hukum dan ekonomi.
Di bidang ekonomi, Indonesia telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya dari minus 13 perattus pada tahun 1998 menjadi 6 peratus dalam tahun 2008.
Ketika ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.2 peratus dengan kadar inflasi sebanyak 5.3 peratus, pendapatan per kapita sebesar US$6.812 dengan jumlah penduduk sebanyak 238 juta.
Dalam proses yang terus berkembang , eksport non-migas Indonesia telah menembus US$100 bilion, APBN (Anggaran Perbelanjaan Besar Negara) menembus 1000 triliun rupiah , cadangan devisa Indonesia kini mencapai lebih dari US$98 bilion, rupiah terus stabil, angka kemiskinan terus menurun, credit rating Indonesia terus membaik, dan rasio hutang atas PDB turun secara signifikan, kini mencapai 27.8 peratus, salah satu yang terendah dalam sejarah Indonesia.Dan yang paling penting, bangsa Indonesia memiliki ketahanan makanan yang semakin kuat
"'Hasil dari semua ini, bangsa Indonesia mengalami reformasi besar, juga sebuah tranformasi total. Indonesia kini lebih utuh, lebih aman, lebih kuat ekonominya, lebih damai, lebih dinamis dan lebih demokratis,"' katanya.
Buktinya, ketika dunia dirundung krisis kewangan yang dahsyat pada 2008 dan 2009, ketika dunia mengalami kontraksi pada tahun 2008, ekonomi Indonesia justeru tetap tumbuh sebanyak 6.0 peratus pada 2008 dan 4.5 peratus pada tahun 2009, pertumbuhan ketiga tertinggi antara G-20, setelah Cina dan India.
Apabila kita lihat pada neraca perdagangan antara negeri Sabah dan Indonesia pada tahun 2009 ialah sebanyak RM3,959 juta.
Hal ini memperlihatkan hasil ekonomi kita masih sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai/voplume eksport-import antara Indonesia dengan Malaysia secara nasional.
"Padahal kita fahami, Indonesia merupakan rakan dagang terbesar ke-7 bagi Malaysia yang sebenarnya kita boleh lakukan hubungan dan kerjasama secara langsung," katanya.
Di antara kedua wilayah, mempunyai sumber daya alam yang mirip, sehingga perlu adanya suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Kerjasama ekonomi ini diharapkan akan bisa saling mengisi keperluan untuk menjaga kestabilan pasar dan harga, kata Rudhito lagi.
Potensi produk yang boleh dikembangkan demi pembangunan adalah building materials, crude palm oil (CPO), kayu dan produk-produknya, perabot, produk perlombongan, arang batu, pasir besi, nikel) kraftangan, kertas, komponen automotif, kain/garment , kopi, sepatu, floot glasses dan lain-lain.
Dalam menjalani hubungan ekonomi kedua bangsa yang sudah cukup lama dan tradisional ini, kita dapat melihat bahawa kita masih kekurangan dukungan kemudahan pengangkutan (laut dan udara), yang boleh menghubungkan secara langsung masyarakat kedua wilayah (people-to-people contact) termasuk angkutan barangan dan perkhidmatan, jelasnya.
Keadaan ini tentunya cukup menghambat dalam mewujudkan rasa 'kekitaan' di antara dua bangsa.
Menurut catatan kami, selama ini import Sabah atas produk-produk Indonesia masih melalui Semenanjung, sehingga tidak menghairankan apabila kebanyakan dari masyarakat di sini menganggap bahawa barang-barang yang beredar di pasaran adalah produksi Malaysia.
"Selama ini pula, bagi masyarakat Sabah yang akan berkunjung ke wilayah Indonesia Timur dan sebaliknya, sama ada untuk berniaga, melancong, mahupun saling kunjung antara ikatan keluarga yang mereka miliki, masih harus melalui Kuala Lumpur, Jakarta atau bahkan Singapura," katanya.
Kebanyakan penduduk Sabah masih mempunyai tali persaudaraan dengan masyarakat Indonesia Timur. Ertinya mereka tentu mempunyai citarasa yang sama di antara mereka, baik dalam adat istiadat mahupun dalam memenuhi keperluan sehari-hari.
Apakah upaya-upaya promosi dan langkah-Langkah strategis yang dilakukan?
Kami berpendapat, saat ini kita tidak bisa lagi bersikap pasif dalam berpromosi. Kinisudah tiba saatnya untuk melalukan langkah-langkah strategik melalui pendekatan global, dengan saling mengimpormasikan secara pro-aktif produk-produk terbaikyang kita miliki.
Tidak kalah pentingnya adalah agar sentiasa mempertebal komitmen kita untuk mengembalikan `manfaat' yang bisa dihasilkan dari dunia industri ekonomi kita, kata Rudhito lagi.
Katanya, dalam berpromosi, kita perlu memperhatikan produk market, yang selama ini sifatnya hanya `mengatur' menjadi `menjual' atau `memasarkan' yang mencakup produk yang akan dipasarkan dan pasar yang akan dituju.
Keperluan masyarakat akan suatu produk agar disertai dengan upaya perbaikan dan pembungkusan guna menarik minat pasar.
Segala upaya pencepatan, de-bottlenecking ini akan sia-sia kalau kita tidak melakukan perubahan yang paling hakiki, iaitu perubahan cara pandang.
"Kita tidak akan menghasilkan transformasi besar tanpa dimulai dengan perubahan cara pandang, perubahan mind-set.
"Walaupun kita masih menghadapi ekonomi dunia yang tidak menentu, kita perlu terus secara kreatif dan cekap mendapatkan peluang untuk meningkatkan pembangunan kita yang pro-pertumbuhan ekonomi, pro-growth, pro-peluang pekerjaan, pro-job, pro-penurunan kemiskinan, pro-poor dan pro alam sekitar, pro-environment.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu (KJRI-KK) sentiasa terus berupaya menjambatani hubungan/kerjamasa peniaga di Sabah seperti mengadakan `roundtable discussin, semiant/business matching, fam trip's, menganjurkan trade/investment mission, serta membuka pintu KJRI-KK kepada kalangan dunia peniaga di Sabah yang memerlukan bantuan.
Menurutnya, KJRI-KK akan terus mendorong para pengusaha Sabah agar terus melakukan terobosan-terobosan pasar secara pro-aktif (penetrasi pasar) atas keberadaan dan harga barang yang kompetetif dan marketable.
"Melalui usaha dagang langsung antara kedua bangsa diharapkan akan bisa didapatkan hasil yang positif dalam rangka upaya lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat kedua negara," katanya.