Khamis, 30 Mac 2017

PERAHU KUNO DI PUNJULHARJO REMBANG, TERTUA DI ASIA TENGGARA

Tags



PERAHU KUNO DI PUNJULHARJO REMBANG, TERTUA DI ASIA TENGGARA
LEBIH TUA DARI CANDI BOROBUDUR



Mari kita ke Desa Punjulharjo melihat perahu kuno, kata ibu Murniah Nurfi’ah. Saya agak hairan juga. Kalau perahu semata-mata perahu, saya sering melihatnya. Tetapi perahu di desa Punjulharjo Kabupaten Rembang itu memiliki nilai sejarah yang penting, kata Ibu Murni, yang juga Kepala Bidang Pariwisata Disbudparpora Rembang.

Kemudian kami meninggalkan Pantai Karang Jahe bergegas menuju Desa Punjulharjo itu.

Tidak lama kemudian kami tiba di tapak bersejarah itu. Baru saya tahu, perahu kuno yang ditemui di desa itu lebih tua daripada Candi Borobudor.

Mengikut penelitian ahli-ahli arkeologi, perahu kuno itu berasal dari abad ke-7 atau ke-8 (660M-780M), manakala Candi Borobudor dipercayai dibina pada abad ke-9.

Perahu itu adalah satu-satunya perahu yang ditemukan di Asia Tenggara, yang mempunyai bentuk yang masih utuh dan lengkap. Panjangnya 15 meter manakala lebarnya 4.6 meter .

Penemuan perahu itu mempunyai nilai yang amat tinggi dalam ilmu sejarah dan kebudayaan di Asia Tenggara. Ia juga menunjukkan bahawa satu masa dahulu, Desa Punjulharjo adalah tempat pelabuhan saudagar dan pedagang di pulau Jawa.

Ia ditemui pada 26 Julai 2008, kira-kira jam 7.30 pagi oleh sekumpulan pengusaha garam. Berdasarkan kajian, perahu itu berasal dari Nusantara berdasarkan bahan kayu yang digunakan, mirip kayu ulin yang banyak terdapat di Pulau Kalimantan.

Uji makmal menunjukkan sample jenis kayu yang digunakan untuk membuat perahu kuno ini juga ada beberapa jenis antaranya kayu Nyatok berupa papan untuk lambung perahu, kayu Putih untuk pasak, dan kayu Kuling untuk stringer.

Apakah perahu itu berasal dari Kalimantan? Masih dalam kajian. Letak Desa Punjulharjo sekarang adalah kira=kira 1 km dari garis pantai. Mungkin pada ketika perahu itu terdampar di Punjul harjo, desa itu mungkin masih berupa laut ataupun tepian pantai.

Ada kemungkinan perahu itu boleh dihubungkan dengan masa zaman pra Majapahit. Dari penemuan perahu itu dapat diketahu mengenai sistem sambungan papan kayu dengan menggunakan pasak, sistem sambungan kayu dengan ikatan yang menggunakan tali ijuk, konstruksi susunan gading perahu yang sangat sederhana apabila dibandingkan dengan ukuran perahu yang cukup besar iaitu 15.7 meter dan lebar lambung 4.2 meter, sekitar 60 tan dan dapat memuatkan kira-kira 12 hingga 24 anak kapal

Penemuan perahu kuno mendapat perhatian masyarakat malah ada yang mengaitkan perahu itu dengan hal-hal yang mistik. Dalam perahu kuno atau di lokasui sekitarnya ditemui gading-gading gajah yang melengkung di bahagian lunas perahu, ikatan antara papan dengan gading pada tambuku, pada bahagian haluan, buritan dan sebagainya.manakala papan-papan perahu pula dilengkapi dengan tambuku iaitu tonjolan pada bahagian dalam dengan lubang lubang untuk mengikat berbentuk kotak.


Menurut ibu Murni, ketika perahu itu mula-mula ditemui, ramai anggota masyarakat yang berebut meminta air laut yang merembes ke dasar perahu kerana mereka meyakininya boleh menyembuhkan berbagai penyakit,.

Di dalam perahu juga ditemui kapak, tulang, tongkat ukir, mangkuk, tembikar dan kepala patung dari batu. Juga tempurung kelapa, yang kemungkinan hanyut tersangkut dalam perahu itu beberapa abad yang lalu.

Penemuan perahu itu secara tidak sengaja ketika orang-orang membuat kolam garam sangat menarik. Kini lokasi tempat perahu itu ditemui dipulihara dan menjadi salah satu tempat menarik yang boleh menarik pengunjung.  Perahu Kuno itu jauh lebih tua dari candi Borobudur. Ia adalah penemuan perahu kuno paling lengkap di Asia Tenggara.

Masih banyak pertanyaan sekitar penemuan perahu kuno itu. Apakah ia tenggelam atau karam. Dari mana asal perahu itu dan apa tujuannya berlayar?

Seorang pengkaji dari Perancis, Prof Pierre Y Manguin berkata perahu itu mungkin ditinggalkan pemiliknya begitu saja. Ia bukan kerana karam atau tenggelam . Sebabnya bangkai perahu yang ditemui itu masih utuh dan  tidak hancur kerana rendaman air laut seperti yang terjadi dalam penemuan sebelum ini.

Biasanya kalau karam atau tenggelam, biasanya yang ditemui hanya sisa potongan papan sahaja, menurut pengkaji arkeologi itu.
Selepas proses mengawit perahu itu selesai, desa Punjulharjo Kabupaten Rembang Jawa Tengah, Indonesia itu pasti mendapat kunjungan dari pengunjung dari seluruh dunia untuk melihat perahu tertua, malah lebih tua usianya dari Candi Borobudur.