Jumaat, 16 September 2011

Sabah ini seperti raksasa sedang tidur

Tags

Konsul Rudhito ”Rudy” Widagdo
PERJALANAN KARIER DIPLOMASI DI SABAH
“Sabah ini Seperti Raksasa Sedang Tidur”

SELEPAS bertugas selama empat tahun di Sabah,akhirnya Diplomat Indonesia, Rudhito Widagdo pulang ke Jakarta mulai Oktober ini dengan pelbagai pengalaman dan kenangan manis.`Orang Kampoeng' dari Yogyakarta ini dilahirkan pada 1956, dan merupakan anak ke enam dari sebelaw bersaudara. Sebelum ini beliau menjalankan amanah sebagai Konsul yang menangani masalah hubungan ekonomi antara Sabah dengan Indonesia pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Kota Kinabalu, Malaysia, setelah 25 tahun mengabdi pada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Rudhito Widagdo, Minister Counsellor, berumah tangga dengan seorang gadis Jogja, Dokter Gigi (Dentist) Dewi WR Widagdo, MHA, dan dikurniakan 2 (dua) anak laki-laki, yaitu Erlangga dan Baskara yang keduanya sedang mengambil pendidikan di Monash University di Kuala Lumpur.

Hobi beliau membaca (semua ilmu) dan komik kartun, berolahraga, serta menyanyi. “Menyanyi merupakan bagian tak tertulis dari berdiplomasi, dan ini harus kita lakukan untuk mendukung kerja kita dalam mempererat hubungan silaturochim. Dengan menyanyi, kita inginkan kesenangan, dicintai dan awet muda“, katanya seraya menambahkan bahwa “cintai dan dicintai adalah bagian dari aliran air yang harus kita ikuti. Itulah hidup agar kita lebih dinamis dan inovatif!“.

Pendidikan Rudhito Widagdo lebih banyak dihabiskan di Jogja, sebagai kota pelajar, dimana beliau lulus dari Fakultas Hukum UGM Jogja tahun 1982. Setelah lontang-lantung beberapa lama, diantaranya ke Madura dan Kalimantan, akhirnya beliau mantap sebagai Pegawai Negeri Sipil, “Saya tidak pernah membayangkan menjadi Diplomat. Mimpi apa itu “diplomat“-pun saya tidak pernah“, kata beliau yang juga alumni Philippines Christian University Filipina itu.

Setelah diterima sebagai pegawai di Departemen Luar Negeri, Rudhito Widagdo mengikuti berbagai pendidikan struktural dan berjenjang serta pendidikan fungsional. Beliau telah mengikuti Sekolah Dinas Luar Negeri (SEKDILU) Angkatan X (1984), SPAMA Angkatan IV (1998), Caraka Madya Angkatan V (2000), dan Sesparlu Angkatan XXX (2004). Beliau juga rajin mengikuti berbagai penataran, seperti Penataran Tingkat Instansi Pusat Tipe A (1986), Penataran Kewaspadaan Nasional Angkatan VII (1993), Penataran P-4 Terpadu (1993), dan Penyegaran/Pembekalan Tingkat Yunior (1994).

Selama bertugas di dalam negeri, beliau lebih banyak menangani masalah kerjasama ekonomi dengan luar negeri. Beliau mempunyai pengalaman menangani masalah hubungan perdagangan internasional dengan negara-negara di Eropa (1985-1988), kerjasama teknik dengan Negara-negara di Eropa (1992-1994), hubungan ekonomi antar negara-negara anggota ASEAN (1998-2000), permasalahan keamanan diplomatik (2005-2006), dan masalah perjanjian internasional (2007).

Selama berkiprah di Deplu, beliau juga mempunyai pengalaman dalam mengikuti berbagai event internasional. Beliau pernah jadi anggota Komisi Bersama (Joint Commission), Loan Negotiations dengan Asian Development Bank (ADB), KTT APEC, ASEAN, OPEC, Tsunami, Asia Afrika, Lake Toba Summit, dan banyak lagi. Beliau juga pernah menjadi Kepala Sekretariat Panitia Pendukung Sidang-Sidang APEC di Filipina dan Kepala Sekretariat Paviliun Indonesia pada Expo Pilipino. Sementara di dalam negeri, beliau pernah ditunjuk sebagai Ketua Posko Kemlu Penanggulangan Bencana Alam di Propinsi Sumut dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Ketua Satgas Pengawasan Orang-Orang Asing di NAD dan Sumut/Intelligent Community, dan Gugus Tugas Kemlu Untuk Penanggulangan Krisis Pasca Gempa Bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Wartawan Utusan Borneo, ABD.NADDIN HJ SHAIDDIN sempat menemuramah Pak Rudy di ruang pejabatnya di KJRI Kota Kinabalu untuk meninjau pendapat dan bertanyakan pengalaman dan kenangan pahit manis sepanjang berada di Sabah.Ikuti sebahagian daripada temubual itu.



UB: Bagaimana bapak melihat Sabah dari segi potensi ekonominya?
RUDY: Dari segi ekonomi, negeri Sabah adalah seperti raksasa yang sedang tidur. Sekarang raksasa itu sedang mulai bangun menggeliat. Kerana apa? Sabah memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan sumber alam ini menunjang perkembangan perekonomian di negeri ini. Kekayaan alam ini harus dikelola dengan baik oleh mereka yang benar-benar kompeten dan betul betul faham dan mencintai negeri ini.
Kekayaan alam ini hendaklah diurus oleh kalangan profesional, tidak boleh dicampuri politik.Tidak semestinya ahli politik tidak boleh mengurus ekonomi asalkan ditangani secara profesional. Bagaimana dia tangani sebuah masalah secara profesional.

UB: Sepanjang tempoh empat tahun berkhidmat di Sabah, apa kesan pengalaman yang tidak dapat dilupakan?
RUDY: Pada 26 September nanti, genaplah empat tahun saya berkhidmat di Sabah. Saya melihat banyak potensi ekonomi yang boleh dibangunkan di Sabah. Cuma apa yang saya lihat Sabah mempunyai kekurangan dari segi tenaga ahli atau kepakaran.

UB: Kalau menurut pak Rudy, apa sebenarnya penghalang kepada kemajuan kita?
RUDY: Terus terang saja, penghalangnya ialah sikap mudah berpuas hati.Mahunya duduk dikerusi empuk, punya isteri cantik atau kalau sudah makmur, mahu tambah isteri.Ini sikap sebilangan orang kita.Saya tidak bersetuju kalau ada yang mengatakan orang kita malas, hanya saja mereka belum dibimbing dengan baik. Yang penting kita kerja kuat, berbuat baik. Kaya tidak bisa diiukur dengan material. Saya berasa saya kaya. Kerana saya kaya dengan kawan, rakan sahabat, dan kaya hati nurani.

UB: Apa yang menarik tentang Sabah?
RUDY: Sabah macam gadis cantik yang belum dipoles atau dalam bahasa disini di solek atau di taruh makeup, lipstick.Gadis yang masih lugu dan pemalu. Saya kira ia akan menjadi cantik dan unggul di dunia jika sudah dimake up dengan baik. Apa make upnya? Ia disolek dengan perencanaan ekonpomi seperti Sabah Development Corridor (SDC) , satu program yang amat baik. BIMP-EAGA, SOSEK MALINDO dan sebagainya. Ini semua adalah solekan yang boleh mempercantik Sabah.

UB: Sebelum ditugaskan di Sabah, Pak Rudy pernah bertugas dimana?
RUDY:Saya mempunyai pengalaman menarik yang cukup beragam. Posting pertama saya ialah di Sydney , Australia. Selepas itu saya ditugaskan di Manila Filipina dan ketiga di Osaka Jepun. Di ketiga tempat itu, saya menangani permasalahan hubungan ekonomi antara kedua negara.Bagaimana lebih meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara adalah tugas kami di Perwakilan Republik Indonesia. Apakah itu hubungan atau kerjasama perdagangan, menarik pelabur asing, kerjasama teknik, pelancongan, bahkan dalam rundingan pinjam wang dengan ADB di Manila. Selama itulah saya mengharungi belantara diplomasi yang semakin canggih.

Penugasan yang keempat ialah di Tawau selama 5 bulan sebelum akhirnya diangkat menjadi Acting Konsul Jenderal RI di Kota Kinabalu, Malaysia. Tawau merupakan pos penting, dimana sekitar 1,500 orang Indonesia keluar masuk Nunukan-Tawau setiap harinya. Dengan demikian, persoalan “manusia“ yang dihadapi cukup kompleks, dan itu perlu penanganan serius dan komitmen tinggi. Saya mengajak semua staff dan kakitangan merapaykan barisan dan bekerja kuat berdasarkan kepada 3 tertib (tertib administrasi, tertib lingkungan, dan tertib waktu) serta 1 aman dari berbagai permasalahan politik, ekonomi, sosial & budaya, serta pertahanan & keamanan.

UB: Apa pengalaman Pak Rudy ketika bertugas sebagi Acting Konsul Jenderal RI di Kota Kinabalu?
RUDY:Pekerjaan besar memang telah menanti ketika bertugas Acting Konsul Jenderal RI di Kota Kinabalu. Dengan berbagai pengalaman dalam berdiplomasi, saya diminta untuk menangani permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan upaya untuk lebih meningkatkan hubungan ekonomi/perdagangan antara Sabah dan Indonesia. Alhamdulillah, saya dapat mengelola TKI di Sabah dengan baik sesuai dengan peraturan. Belum lagi dengan keberadaan lebih dari 52.000 anak-anak TKI yang memerlukan akses pendidikan dan kesehatan. Memang berat, tapi dengan mengucap bismillah dan terus melakukan kerjasama dengan semua lapisan saya akan lakukan tugas ini dengan sebaik dan sebenar mungkin. Insya Allah.“

Di Kota Kinabalu, saya banyak bekerja mengggunakan hati nurani. Bekerja dengan orang-orang yang notabene berada di bawah garis kemiskinan. Saya bekerja bukan lagi sebagai diplomat yang berada di atas awang-awangan sebaliknya sentiasa turun ke bawah, mendengar permasalahan pekerja dengan belas kasih.

Saat ini, terdapat sekitar 500 ribuan pekerja Indonesia yang mencari nafkah di Sabah. Memang KJRI-KK sedang disibukkan dengan upaya kedua negara untuk memberikan dokumen kepada para TKI dan dependent (isteri dan anak TKI), yang notabene mereka tidak mempunyai dokumen sama sekali (zero document).

Dalam pemberian paspor kepada para TKI, pihak KJRI-KK melakukan interview kepada para TKI tanpa dokumen itu, untuk memastikan apakah TKI tersebut benar-benar WNI. Selain itu, pihak KJRI-KK minta kepada para majikan (user) agar menyertakan resit pembayaran levy (ijin kerja), resit asuransi keselamatan pekerja, dan Kontrak-Kerja yang telah di stamp-duty. Penyertaan ketiga persyaratan itu penting diajukan, agar para TKI senantiasa mempunyai perlindungan hukum secara menyeluruh

Ini merupakan upaya untuk menaikkan bargaining position kita. Dari pengalaman pemutihan yang lalu-lalu, persyaratan itu tidak pernah ada, sehingga membuat kedudukan TKI menjadi rentan, gampang dinistakan!

Menurut catatan KJRI-KK, saat ini terdapat lebih dari 52.000 anak-anak TKI yang tinggal di Sabah. Sebagian besar dari mereka tidak diakui keberadaannya oleh peraturan Pemerintah Malaysia. Pantaslah bila mereka hidup tanpa akses pendidikan maupun kesehatan. Sebagai upaya memberikan kesempatan dalam rangka ikut mencerdaskan anak bangsa, Pemerintah Indonesia telah mendirikan

Sekolah Indonesia di Kota Kinabalu“ (SIKK), dimana saat ini telah tertampung sebanyak 498 siswa/siswi anak WNI/TKI di dalamnnya, yang diajar oleh 12 orang guru dari Indonesia. Selain SIKK, di wilayah Sabah juga terdapat beberapa Kelompok Belajar, baik yang dikelola oleh LSM “Humana“ maupun berbagai yayasan dan perkebunan kelapa sawit, yang menampung sekitar 9.000 anak TKI. “Upaya Pemerintah Indonesia Indonesia ini perlu diapresiasi, sebagai komitmen daripada pengejawantahan UUD ’45

KJRI-KK senantiasa turut menjaga pencitraan Indonesia dalam proses demokrasi di Sabah melalui program Pemilu yang akan diadakan pada tahun 2009. Dari hasil komunikasi KJRI-KK dengan seluruh perusahaan maupun majikan di Sabah, saat itu tercatat sekitar 66.000 WNI yang akan mengikuti penconterangan pada Pemilu 2009 tersebut yang tinggalnya yang jauh di pelosok-pelosok Negeri Sabah. “Memang “mahal“ menjalankan proses demokrasi untuk rakyat Indonesia di Sabah ini. Tapi, sesuai komitmen kami, bahwa kami harus lakukannya untuk mendukung program demokratisasi masyarakat Indonesia di Sabah ini.



UB: Apakah bapak rasa gembira?
RUDY: saya sangat gembira dan berpuas hati sepanjang berkhidmat di Sabah. saya berasa menjadi sebahagian dari Sabah. Saya sangat bertuah kerana mempunyai hubungan baik dengan semua elemen masyarakat di Sabah. Saya mempunyai hubungan yang sangat baik dengan pemimpin-pemimpin di sabah.Saya mempunyai hubungan akrab dengan PBT, jabatan dan agensi kerajaan,saya punya hubungan yang sangat dekat dengan kalangan ahli akademik,NGO dan sebagainya. Pada tahun 2008, kalau saudara masih ingat, sebanyak 330,000 PTI dari Indonesia berjaya didaftarkan . Ini semua adalah hasil kerjasama yang baik daripada pihak Imigresen, Polis Diraja Malaysia. Saya memang menjangka bahawa tiga tahun kemudian akan ada proses pemutihan.Kita meneruskan dasar yang telah dibuat untuk melindungi pekerja warga kita.

UB: Boleh Pak Rudy ulas sedikit mengenai lawatan Sultan Hamengkubowono ke Sabah?
RUDY: Sabah sangat bertuah kerana inilah kali pertama dalam tempoh sepuluh tahun, beliau ke Malaysia dan membuat lawatan ke Sabah. Banyak yang dapat dimanfaatkan daripada lawatan beliau ini. Ia boleh mempererat hubungan silaturrahim, hubungan dari segi ekonomi, pelancongan, budaya dan sebagainya.

UB: Setelah tidak lagi bertugas di Sabah mulai Oktober ini, apa yang Pak Rudy harapkan?
RUDY: Saya sebagai konsul bersedia untuk menjadi agen Sabah untuk kepentingan ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Saya sukakan sabah, saya cinta Sabah.Saya bersedia untuk menjadi agen untuk kepentingan ekonomi, memperkukuh hubungan antara Sabah dan Indonesia.


UB: Apa komen Pak Rudy terhadap usaha memajukan kebudayaan di Sabah?
RUDY:Sabah harus ada keberanian memajukan kebudayaan, bukan setakat tarian.Banyak yang boleh dimajukan. Kekayaan alam, eko-pelancongan ini boleh menarik lebih ramai pelancong untuk melawat Sabah. Orang sabah jangan cepat berpuas hati, mesti ada follow up.Sabah mampu menarik 2.5 juta pelancong kerana Sabah adalah sebuah negeri yang aman. Sebuah negeri yang menarik, seperti yang saya katakan tadi sebuah negeri yang diibaratkan gadis cantik yang wajahnya belum ada solekan. saya telah melawat hampir semua tempat di Sabah, dan saya melihat Sabah memang sebuah negeri yang cantik. Eko tourism menarik, hasil buminya melimpah, masyarakatnya ramah dan sopan. Semua ini adalah aset untuk memajukan Sabah.

4 comments

Salam saudara, mohon kebenaran untuk memaparkan tulisan ini di blog saya. Sangat menarik untuk dikongsi & difikirkan bersama :)

baru-baru ni saya ada berkunjung ke sabah..sudah tentu krn keindahan alam semulajadinya.

mmg betul, byk penambahbaikan perlu dibuat utk sektor pelancongan. antaranya memulihara pantai di pulau2 peranginan, menyelaraskan sistem tiket utk ke pulau2, menambah lagi papan tanda utk ke tempat pelancongan.

ini hanya pendapat saya..maaf jika ada tersilap.

Terima kasih Linda Amri. sekadar untuk renungan untuk difikirkan bersama

Ujie, saya setuju dengan saudari.perlu penambahbaikan dalam sektor pelancongan