Rabu, 19 Ogos 2015

CATATAN PERTEMUAN DENGAN SOSIAWAN LEAK, PENYAIR DARI SOLO

Tags




CATATAN PERTEMUAN DENGAN SOSIAWAN LEAK, PENYAIR DARI SOLO

Oleh ABD.NADDIN HJ SHAIDDIN
BAGAIMANA KALAU malam esok saja kita bertemu? kata Sosiawan Leak melalui sistem mesej singkatnya kepada saya.

Sosiawan Leak adalah sebuah nama yang diberikan oleh Bapak Ahmadun Yosi Herfanda ketika saya bertanya nama-nama penyair yang boleh diajak silaturrahmi sambil menikmati kopi sewaktu kunjungan jurnalistik saya ke Solo.

"Oke, kita jumpa esok malam selepas saya pulang dari Jogja,", saya jawab pesanan yang dikirimkannya.

Salah satu misi kunjungan saya kali ini ke Indonesia ialah bertemu dengan rakan-rakan penulis di tempat-tempat yang saya kunjungi untuk bertukar-tukar pandangan mengenai sastera.

Sebaik tiba di Hotel Solo Tiara, Jalan Kebangkitan Nasional, jam menunjukkan pukul 9.00 malam. Sosiawan masih dalam perjalanan dari tempat latihan teater yang akan dipersembahkan beberapa hari lagi. Beliau akan mengarahkan teater kolossal sempena Solo Batik Carnival melibatkan kira-kira 500 penari, pemuzik di Solo.

Sosiawan bukan saja bergiat dalam bidang teater tetapi juga beliau seorang penyair yang gigih dalam gerakan Puisi Menolak Korupsi.

Menurut Sosiawan, fenomena korupsi makin merebak dalam masyarakat kita. Gerakan Puisi Menolak Korupsi adalah gerakan kultural untuk membakitkan kesedaran di kalangan masyarakat, kata penyair kelahiran Solo tahun 1967 ini.

Beliau yang banyak berkeliling dunia membacakan puisinya, bukan saja di kota-kota di Indonesia malah di beberapa kota di Jerman dan Korea berkata Gerakan Puisi Menolak Korupsi pada hakikatnya menyatu dan padu dengan sebuah kekuatan yang beriktikad mengawal proses perjalanan masyarakat membangun kehidupan bangsa dan egara yang berkeadilan dan lebih bermanfaat. Gerakan Puisi Menolak Korupsi ini mengambil posisi sebagai gerakan kultural, melengkapi gerakan lain yang dilakukan oleh pebagai lapisan masyarakat sama ada melalui hukum, politik, agama, jurnalistik dan lain-lain.

Secara siknifikan gerakan ini juga menjadi sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas, menolak nilai-nilai kehidupan yang korup, katanya..

Sejak awal, Gerakan Puisi Menolak Korupsi berjalan sebagai gerakan yang bersifat nirlaba atau bukan untuk mencari keuntungan, bebas dan mandiri, baik secara ideologi maupun ekonomi.

"Antologi puisi yang kami terbitkan sentiasa merujuk kepada tema anti korupsi. Kami bergotong-royong membayar yuran untuk membiayai proses penerbitan antologi. Semua biaya adalah dari penyair sendiri yang mengutamakan asas kebersamaan dan tranparansi.

Kami juga mengadakan Road Show Puisi Menolak Korupsi di berbagai kota di Indonesia.

Hingga sekarang gerakan yang ideanya dilontarkan oleh Heru Mugiarso (Penyair Semarang) sudah menerbitkan antologi puisi, merangkum karya para penyair yang berasal dari berbagai daerah, usia, dan kecenderungan puitika. Setelah melewati proses seleksi dan penyuntingan, karya-karya itu terbit dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi (melibatkan 85 penyair, terbit Mei 2013), Antologi Puisi Menolak Korupsi 2a (melibatkan 99 penyair, terbit September 2013) dan Antologi Puisi Menolak Korupsi 2b (melibatkan 98 penyair, terbit September 2013), serta Antologi Puisi Menolak Korupsi 3; Pelajar Indonesia Menggugat (melibatkan 286 pelajar).

Sejak Mei 2013, gerakan ini juga melakukan kempen anti korupsi bertajuk Road Show Puisi Menolak Korupsi ke berbagai wilayah di Indonesia dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar, diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain.

Sosiawan Leak bertindak selaku koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi. Lulusan Fakulti Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Negeri Sebelas Maret ini pernah menyertai sejumlah festival antarabangsa seperti "Festival Puisi Internasional Indonesia 2002" (Solo, Indonesia), "Poetry On The Road" 2003 (Bremen, Jerman), "Ubud Wiriters & Readers Festival" 2010 (Ubud, Indonesia), "Jakarta Berlin Arts Festival" 2011 (Berlin, Jerman), "Program Pertukaran Budaya Indonesia-Korea" di Hankuk University of Foreign Studies 2012 (Seoul, Korea), Asean Literary Festival 2014 (Jakarta). Beliau juga Melakukan baca puisi di Universitas Passau (2003), Universitas Hamburg (2003 & 2011), Deutsch Indonesische Gesellschaft (2011), Kedutaan Besar Indonesia di Berlin Jerman (2011), Korea Broadcasting System (KBS) Seoul, Hankuk University of Foreign Studies-Seoul dan Hwarang Park 667 Ansan City (2012). Selain itu, Sosiawan juga Melakukan program apresiasi sastra Indonesia-Jerman di Indonesa secara periodik sejak tahun 2006 hingga 2010 bersama Martin Janskowski (Berlin, Jerman) dan Berthold Damhauser (Bonn, Jerman). Pada tahun ahun 2012 melakukan baca puisu bersama Adam Wideweisch (USA) di (Biltar, Indonesia) dan melakukan poetry reading bersama Penyair Afrika Selatan (Charl-Pierre Naude, Vonani Bila, Mbali Bloom, Rustum Kozain) & Kurator Jerman (Indra Wussow) di Universitas Negeri Jember (Jember, Indonesia).

Sosiawan sudah menerbitkan sejumlah buku puisi berjudul Umpatan (bersama KRT Sujonopuro, Satyamitra-Solo, 1995), Cermin Buram (bersama KRT Sujonopuro & Gojek JS, Satyamitra-Solo, 1996), Dunia Bogambola (bersama Thomas Budi Santosa, Indonesiatera-Magelang, 2007), Matajaman (2011, bersama Budhi Setyawan & Jumari HS, Eraqu-Magelang, 2007), Kidung dari Bandungan (bersama Rini Tri Puspohardini, Forum Sastra Surakarta, 2011), Sundel Bolong (bersama Rini Tri Puspohardini, Forum Sastra Surakarta, 2012), dan Geng Toilet (Kumpulan Naskah Lakon Berbahasa Jawa, Forum Sastra Surakarta, 2012). Beliau juga menulis esei, naskah lakon di samping menjadi aktor dan sutradara beberapa grup teater di Indonesia.

Sejak 2013 menjadi Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi yang bertugas menyunting penerbitan Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 1 dan 2 (Forum Sastra Surakarta, 2013), Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 3 (Forum Sastra Surakarta, 2014), Antologi Puisi Menolak Korupsi Jilid 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015) serta menyelenggarakan road show di berbagai kota bersama ratusan penyair Indonesia.

Sejak 2014 menjadi Koordinator Penerbitan Memo untuk Presiden (Forum Sastra Surakarta, 2014) yang merangkum karya 196 penyair dari seluruh Indonesia. Di samping itu juga menyelia pelaksanaan pelancaran buki di berbagai kota di Indonesia.

Banyak topik yang kami diskusikan dalam pertemuan yang agak singkat itu. Hari sudah jauh malam ketika kami berpisah kerana jam 3.00 pagi keesokan harinya, saya harus menaiki kereta api dari Terminal Balapan Surakarta untuk perjalanan enam jam ke Kota Malang.