Ahad, 22 April 2012

Sehabis menyaksikan pengkebumian allahyarham Kamarudin Liusin

Tags

Daun-daun kering dan gugur di tanah, mengingatkan kami hakikat kesementaraan.Hidup hanya sementara seperti daun-daun yang mengering, jatuh berguguran, dan kelak tumbuh lagi daun-daun baru yang bila tiba waktunya gugur lagi untuk kemudian diganti dengan daun baru.Gugur lagi dan begitulah seterusnya.
Din, telah tiba giliranmu.Selamat berangkat ke dunia sana, yang lebih abadi.Kami yang tinggal ini masih menanti giliran untuk nanti dipanggil juga olehNya dan itu pasti.
Ketika imam membacakan doa, kami dengan khusyuk mengaminkannya. Semoga segala amalbaikmu diterima dan semoga kekhilafanmu diampunkan.
Tak habishabisnya kami mengingat kebaikanmu, juga telatahmu yang suka betul mengusik kawankawan.Tetapi integritimu sebagai wartawan tidak diragukan. Bahkan hasil tulisanmu telah membantu ramai orang untuk meniti karier perjuangan mereka.
Kami sempat juga ke kampungmu, Kampung Lawa Gadong Beaufort, dan orang-orang yang berziarah, berduka dan kehilangan itu, terasa benar kepiluan mereka.
Hati kami sayu. Bahkan bersama rakan-rakan wartawan, kami sempat melihatmu buat kali yang terakhir sebelum kau disemadikan. Ada di antara rakan-rakan kita tak mampu menahan kesedihan mereka. Sambil mengesat airmata yang terjatuh bersama kenangan yang panjang. Mataku sendiri terasa berpasir.
"Tiada lagi kawan kita, ", kata Ruzaini. Dia sudah selamat pulang, kematian itu pasti, dan kita masih menanti giliran.